28 Mei, 2009
Mutasi
Dasar-dasar Pemuliaan
1. Pure breeding
adalah cara mengawinkan ternak jantan dan betina yang sama bangsanya dengan tujuan untuk mempertinggi sifat homozygot.
mis. perkawinan sapi madura di pulau Madura
2. Inbreeding
adalah perkawinan antara ternak jantan dan betina yang masih ada hubungan famili.
mis. pejantan dg anak betinanya, disebut juga close breeding.
3. Out crossing
adalah perkawinan antara seekor pejantan dari suatu kelompok dengan betina-betina dari kelompok lain tetapi semua masih dalam satu ras yang sama.
mis. sapi bali daerah A dengan sapi bali daerah B.
4. Cross breeding
adalah perkawinan antara 2 bangsa yang berdarah murni dengan tujuan untuk mendapat ras baru yang memiliki sifat menonjol.
mis. perkawinan antara sapi friesholand dengan sapi madura.
5. Up grading
adalah perkawinan antara pejantan yang telah diketahui mutunya (biasanya dari luar negeri) dengan betina setempat dengan tujuan untuk memperbaiki mutu.
Pola-pola Hereditas
1. Sex linkage / Pautan sex
adalah peristiwa dimana gen terletak pada kromosom kelamin, umumnya pada kromosom x (gonosom X)
Sex linkage ini dikemukan oleh Thomas Hunt Morgan (1866 – 1945) pada tahun 1910, dicobakan pada lalat buah (Drosophilla melanogaster)
(Sex linkage = peristiwa terpautnya sesuatu sifat pada kromosom sex).
2. Crossing over / Pindah silang
adalah peristiwa bertukarnya bagian kromosom satu dengan kromosom lainnya yang sehomolog, ataupun dengan kromosom yang berbeda (bukan homolognya )
Crossing over ini dikemukakan oleh Morgan dan JH. Kemtom (1911).
3. Non disjunction / Gagal berpisah
adalah peristiwa dimana kromosom kelamin (gonosom) tidak mengadakan pemisahan ke kutub yang berlawanan pada waktu meiosis.
atau non disjunction merupakan peristiwa gagal berpisahnya gonosom ataupun autosom yang sehomolog sewaktu meiosis.
Peristiwa non disjunction ini ditemukan oleh Calvin Bridge yang dicobakan pada lalat buah.
Gen
Gen dikemukakan oleh W. Johannsen (1909)
Gen merupakan substansi kimia di dalam kromosom yang mengandung informasi genetik (pembawa sifat)
Sifat gen :
1. Substansi tersendiri dalam kromosom
2. Mengandung informasi genetik
3. Dapat mengadakan duplikasi diri pada waktu pembelahan sel.
Fungsi gen :
1. Menyampaikan informasi genetik kepada generasi berikutnya
2. Sebagai penentu sifat-sifat yang diturunkan
3. Mengatur perkembangan dan metabolisme.
Kromosom
Kromosom ditemukan oleh W. Waldeyer (1888). Kromosom merupakan benang-benang pembawa sifat suatu individu. Kromosom tersusun atas protein, DNA, dan RNA. Jumlah kromosom tidak sama, tergantung pada species makhluk hidupnya. Bentuk kromosom juga tidak sama, tergantung letak sentromer, sehingga ada yang berbentuk seperti huruf I, L atau V.
Kromosom adalah struktur benang dalam inti sel yang bertanggung jawab dalam hal sifat keturunan (hereditas).
Kromosom terdapat di dalam inti sel dan baru terlihat bila sel dalam proses pembelahan, baik mitosis (somatis) ataupun meiosis (seks).
Pada sel tubuh (somatis), kromosom terdapat dalam keadaan berpasang-pasangan yang disebut diploid (2n).
Misalnya :
Manusia = 46 kromosom = 23 pasang = 22 pasang autosom, 1 pasang gonosom
Tikus = 40 kromosom = 20 pasang = 19 pasang autosom, 1 pasang gonosom
Jagung = 20 kromosom = 10 pasang = 9 pasang autosom, 1 pasang gonosom
Lalat buah = 8 kromosom = 4 pasang = 3 pasang autosom, 1 pasang gonosom
Ada 4 macam bentuk dasar kromosom ditinjau dari posisi sentromernya, yaitu :
1. Telosentris, jika kromosom hanya mempunya 1 lengan
2. Akrosentris, jika kromosom mempunya 2 lengan, tetapi 1 lengan pendek sekali dibandingkan dg lengan lainnya.
3. Submetasentris, jika kromosom mempunya 2 lengan yang hampir sama panjang.
4. Metasentris, jika kromosom mempunya 2 lengan yang sama panjang.
10 Februari, 2009
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Dalam percobaan-percobaan genetika, para ahli sering menemukan ratio fenotip yang ganjil, seakan-akan tidak mengikuti hukum Mendel. Misalnya pada perkawinan antara 2 individu dg 2 sifat beda, ternyata ratio fenotip F2 tidak selalu 9:3:3:1. Tetapi sering dijumpai perbandingan-perbandingan 9:7, 12:3:1, 15:1, 9:3:4 dll. Bila diteliti betul-betul angka-angka perbandingan di atas, ternyata juga merupakan penggabungan angka-angka perbandingan Mendel. 9:7 = 9:(3+3+1), 12:3:1 = (9+3):3:1, 15:1 = (9+3+3):1, 9:3:4 = 9:3:(3+1). Oleh sebab itu disebut penyimpangan semu, karena masih mengikuti hukum Mendel.
Penyimpangan semu hukum Mendel : terjadinya suatu kerjasama berbagai sifat yang memberikan fenotip berlainan namun masih mengikuti hukum-hukum perbandingan genotip dari Mendel.
Penyimpangan semu ini terjadi karena adanya 2 pasang gen atau lebih saling mempengaruhi dalam memberikan fenotip pada suatu individu. Peristiwa pengaruh mempengaruhi antara 2 pasang gen atau lebih disebut Interaksi Gen.
Interaksi Gen
Interaksi gen ada 4 macam :
- Komplementer
- Kriptomeri
- Epistasis – Hipostasis
- Polimeri
ad. 1. Komplementer
Adalah peristiwa dimana 2 gen dominan saling mempengaruhi atau melengkapi dalam mengekspresikan suatu sifat.
Conoth :
C = gen penumbuh bahan mentah pigmen
c = gen tdk mampu menumbuhkan bahan mentah pigmen
R = gen penumbuh enzim pigmentasi kulit
r = gen tdk mampu menumbuhkan enzim pigmentasi kulit
P CCRR x ccrr
(berwarna) (tdk berwarna)
F1 CcRr –> berwarna
P2 CcRr x CcRr
Gamet CR, Cr, cR, cr
F2 1CCRR --> berwarna
2CCRr --> berwarna
2CcRR --> berwarna
4CcRr --> berwarna
1CCrr --> tidak berwarna
2Ccrr --> tidak berwarna
1ccRR --> tidak berwarna
2ccRr --> tidak berwarna
1ccrr --> tidak berwarna
Fenotip : berwarna dan tidak berwarna
Ratio fenotip : 9 : 7
- berwarna = 1+2+2+4 = 9
- tidak berwarna = 1+2+1+2+1 = 7
Ad. 2. Kriptomeri
Adalah peristiwa dimana suatu faktor dominan baru nampak pengaruhnya bila bertemu dg faktor dominan lain yang bukan alelanya. Faktor dominan ini seolah-olah sembunyi (kriptos)
Contoh : Misalnya Linaria maroccana biru (AaBb) disilangkan dg Linaria maroccana merah (Aabb), sedangkan gen A adalah untuk antosianin dan gen B untuk sifat basa.
Jika 2 gen dominan A dan B maka berwarna biru
1 gen dominan A maka berwarna merah
1 gen dominan B atau A dan B tidak ada maka berwarna putih
Ad. 3. Epistasis dan Hipostasis
Adalah peristiwa dimana 2 faktor yang bukan pasangan alelanya dapat mempengaruhi bagian yang sama dari suatu organisme.
Epistasis = sifat yang menutupi
- Epistasis dominan = bila faktor yang menutupi adalah gen dominan
- Epistasis resesif = bila faktor yang menutupi adalah gen resesif
Hipostasis = sifat yang ditutupi
Ad. 4. Polimeri
Adalah peristiwa dimana beberapa sifat beda yang berdiri sendiri-sendiri mempengaruhi bagian yang sama dari suatu individu.
29 Januari, 2009
Prinsip-prinsip Genetika
Hukum Mendel I
(Hukum Pembentukan Gamet Sealel atau Hukum Segregasi)
“ Pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen yang merupakan pasangan itu akan dipisahkan (disegregasikan) ke dalam dua sel anak secara bebas.”
Contoh :
Parental (P) Hitam x Putih
HH hh
F1 à Hh ; Hh è disebut monohibrid, dg fenotip
abu-abu
F2 Hh x Hh
HH Hh Hh hh
Hitam abu-abu putih
1 : 2 : 1
1. Intermedier / Semi Dominan = Kedua sifat sama kuat
Yaitu penyilangan dengan satu sifat beda, dimana alela dominan tidak mampu menutupi ekspresi alela resesif secara sempurna.
Contoh :
P Merah x Putih
MM mm
F1 Mm à merah muda
F2 Mm x Mm
MM Mm Mm mm
merah merah muda putih
intermedier
2. Back Cross dan Test Cross
Back cross dan test cross dilakukan untuk menguji atau mengetahui genotif dominan, homozigot dominan atau heterozigot. Misalnya untuk fenotip ercis biji bulat, memp. 2 kemungkinan genotif yaitu BB dan Bb. Lain halnya dengan fenotif biji kisut, sudah pasti genotipnya bb.
Back Cross adalah :
Penyilangan suatu individu dg salah satu induk yg bergenotip homozigot, baik resesif maupun dominan.
Contoh :
P Panjang x Pendek
PP pp
F1 Pp (panjang)
Back cross :
a. Pp x PP
PP Pp è semua panjang (100%)
b. Pp x pp
Pp pp è 50% = panjang dan 50% = pendek
Test Cross adalah
Menyilangkan individu yg tidak diketahui genotipnya dengan individu yang resesif homozigot.
Contoh : misalkan kita ingin mengetahui genotip marmut jantan hitam melalui testcross. Maka kita tuliskan genotip individu tersebut : H. (huruf H dan tanda titik). Tanda “.” Adalah gen yang belum diketahui H atau h
P H. x hh
Hitam putih
F1 ada 2 kemungkinan :
· Hitam semua, atau
· Hitam dan putih, dengan ratio 1 : 1
Bila F1 hitam semua, berarti genotip F1 adalah heterozigot. Hal ini pula bahwa tanda “.” Adalah gen dominan (H), maka tanda H. adalah HH (homozigot dominan). Bila F1 nya hitam dan putih dengan ratio 1 : 1, maka genotip marmut jantan hitam yang dicari adalah heterozigot (Hh).
Hukum Mendel II
(Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas atau Independent Assortment)
“Bila dua individu berbeda dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkan sifat yang sepasang itu tak tergantung dari pasangan sifat yang lain”.
Contoh :
P Hitam Panjang x Putih Pendek
HHPP hhpp
Gamet HP hp
F1 HhPp à hitam panjang
P2 HhPp x HhPp
Gamet HP Hp hP hp
| HP | Hp | hP | hp |
HP | HHPP | HHPp | HhPP | HhPp |
Hp | HHPp | HHpp | HHPp | HHpp |
hP | HhPP | HhPp | hhPP | hhPp |
hp | HhPp | Hhpp | hhPp | hhpp |
Pembuktian hukum ini dipakai pada penyilangan dg 2 sifat beda (dihibrida), atau juga pada penyilangan dg banyak sifat beda (polihibrida). Makin banyak sifat beda, makin banyak pula kemungkinan kombinasi gen-nya.
Mencari Gamet 2n = jl sifat beda
Caranya :
Misalnya a. 2 sifat beda (dihibrida) è misalnya AaBb
A à B à AB
b à Ab
a à B à aB
b à ab
Jadi ada 4 macam gamet yaitu AB Ab aB ab.
b. 3 sifat beda (dihibrida) è misalnya AaBbCc
A à B à C à ABC
c à ABc
b à C à AbC
c à Abc
a à B à C à aBC
c à aBc
b à C à abC
c à abc
Jadi ada 8 macam gamet yaitu ABC, ABc, AbC, Abc, aBC, aBc, abC dan abc